Pada saat melihat namaku di halaman website kampus ada 65 nama yang lolos menuju seleksi tahap 2 yaitu seleksi wawancara. Saat itu kuperhatikan nama-nama yang lolos dan paling banyak adalah kaum hawa. Tidak bisa dipungkiri peminat untuk jurusan kesehatan yang paling banyak adalah perempuan. Sekitar 9 laki-laki kutemukan saat itu dan namaku ada di urutan ke 10. Meski begitu tetap bersyukur karena masih bisa di nomor urut tersebut. Kecenderungan kaum hawa yang menang ketika berkompetisi memanglah wajar jika dilihat sekarang ini. Ada yang bilang karena perempuan lebih fokus jika melakukan aktivitas belajar dibandingakan laki-laki. Persepsi itu menurutku hanya angin belaka.
Yah, hasilnya dari 65 orang cuma 9 laki-laki yang lolos di fase pertama. Berlanjut di seleksi berikutnya ternyata yang lolos cuma 15 orang dan ngerinya aku berada di posisi kedua dan tinggal akulah lelaki yang bertahan di seleksi tersebut. Sangat miris menurutku jika realita yang ada seperti itu. Banyak pikiran aneh yang muncul di pikiranku " Wah populasi cowo akan punah, jangan sampai aku jadi cewe nantinya".
Berlanjut ke seleksi berikutnya adalah tes kesehatan. Banyak tes yang di lakukan, diantaranya adalah tes buta warna,rabun, gigi, tensi,tht dan masih banyak lagi. Yang paling berkesan saat itu karena waktu mengantri masuk lokasi tes yang kulihat hanyalah perempuan dan perempuan. Kiri kanan dan depan belakang cuma perempuan yang ada. Keringat bercucuran di tubuhku karena perasaan tidak percaya diri dan malu dengan perempuan.
Berdiri di pengantrian sangatlah membosankan apalagi cuaca yang panas.tek tok waktu berjalan, ternyata aku menemui teman SMP yang juga akrab denganku. Dia orangya cerdas dan rajin. Keseringan rangking 1 di kelas menurutku bisa menjadikannya kesan unik. Awalnya malu disapanya karena sudah jarang bertemu, apalagi tidak satu SMA. Yah dia menyapaku dan kujawab dengan senyuman saja. Mengapa hanya senyum karena aku malu dan dia perempuan. Sepertinya aku salah daftar kampus yang mayoritas mahasiswi di dalamnya. Perempuan lagi dan lagi yang ada.
Loh, kenapa dengan perempuan? Itu yang sering ada di pikiranku tapi belum mendapat jawabannya. "Jangan sampai untuk beradaptasi di kampus ini harus jadi cewe nih" wah bahaya kalau itu terjadi.
Terkadang aku bertanya ke bapak lewat telepon ,kok perempuan semua yah kayaknya aku tidak cocok dengan kampus ini pak. Dia cuma berpesan memang seperti itu kalau di kampus kesehatan. Nah itulah yang menguatkan niatku untuk tetap mengikuti proses di kampus tersebut.
Untuk program studi diploma 3 ternyata jumlah laki-laki cuma 1 di jalur undangan. Selanjutnya jalur umum mulai berlangsung. Saat itu aku terus berdoa agar nantinya ada laki-laki yang bisa jadi teman di kelas supaya tidak jadi cewe nantinya.
Yah Alhamdulillah ada 3 laki-laki yang lolos di jalur tersebut. Jadi jumlahnya ada 4 orang laki-laki di prodi jurusanku.
Mulailah masa orientasi kampus dan aku mengikuti berbagai fase tersebut dengan bahagia atas kesyukuran ada teman se genderku. Pengenalan pertama adalah maju di depan seluruh teman dan memperkenalkan diri masing-masing. Ternyata yang mengikuti prodi diploma 3 dijurusanku cuma 50 orang dan hanya tersisa 3 laki-laki. Bayangkan saja 47 berbanding 3, menang perempuan dari segi kuantitasnya. Tapi aku masih bersyukur karena ada kedua orang ini se gender dan telah menjadi akrab kami bertiga.