Menjadi mahasiswa memang luar biasa. Tingkatan yang paling terdidik diantara tingkatan lainnya terkadang membuat individu merasa pengetahuannya lebih tinggi dibandingkan dgan yang lainnya. Apalagi bagi mereka yang memiliki egosentris tentunya tak ada yang boleh lebih pintar darinya.
Diatas adalah kemungkinan lebih yang dimiliki oleh mahasiswa. Namun aku tidak akan terlalu membahasnya karena saat
ini aku berada di mushollah dan menikmati wifi kampus secara gratis serta menunggu dosen Pembmbing Akademik membuka pintu ruang kerjanya. Sudah sekitar 2 jam aku disini dan ternyata dia belum bangun dari tidurnya.
Menurutku yang dilakukannya salah karena menyita waktu kerja dengan bersantai tidur di ruang kerjanya. Sebenarnya jam istirahat dimulai Pukul 12.00-13.00, tapi sekaranag sudah pukul 15.14 dan ia masih menutup pintunya. Resiko mahasiswa di kelabui oleh dosennya sendiri. Hal serupa memang sudah menjadi kebiasaan, bahkan aku merasakannya sudah 3 kali ditiap semester.
Coba kalian pikirkan, nunggu dua jam tapi dosennya belum buka pintu, lantas bagaimana perasaanmu? Itu akan terjawab ketika merasakannya sendiri. Untungnya kesabaran masih dilestarikan dan wifi kampus masih aktif. Coba wifinya dimatikan, yah pasti pusing ,mau buat apa. Apalagi sekarang aku cuma sendiri di mushollah. Keuntungan juga karena dapat tempat menulis cerita ini dengan damai.
Hanya tetesan hujan digenteng yang terdengar, tampa suara ribut seperti dikontrakanku. Ngomong-ngomong sekarang sudah jam 15.40 dan aku masih menunggu hanya untuk 4 tanda tangan darinya. Kalau gak diingetin tadi buat urus KRS ini, pasti gak datang kesini. Apalagi tadi di ancam sama dosen yang lain,"Kalo gak urus KRS ini hari, kamu cuti 1 semester". Akhirnya kesini dan terjebak menunggu si dia tanda tangan mahal.
Ini bukan memojokkan tapi mengatakan yang sebenarnya yah ( sama aja ). Mau diapain lagi, kalau gak ada tanda tangannya aku pasti libur 1 semester. Daripada banyak ngomong mending nikmatin wifi gratis.*