Mengikuti kajian ilmu pengetahuan memang sangatlah penting. Mengisi waktu yang kosong dengan aktivitas bermanfaat akan membantu perkembangan kerangka berpikir ilmiah dalam diri kita. Itulah yang senantiasa kutanamkam dalam diriku. Selain mendalami disiplin ilmu Analis Kesehatan, tak lupa pula mendalami ilmu diluarnya seperti ilmu agama, sosial,budaya dan politik.
Melakukan hal tersebut tentunya butuh wadah yang jelas. Nah, inilah yang sering kulakukan setelah pulang kampus. Sore tadi aku menyimak judul kajian yang menarik. Sang mentor membawakan judul "Manusia Asing". Pasti banyak pertanyaan terkait judul tersebut. "Maksudnya apa sih? Adakah manusia asing? Seperti apa dia?" Nah itulah yang muncul dalam akalku mendengarnya.
Sang mentor menjelaskan bahwa kita harus menjadi manusia asing. Dilirik dari kata manusia, itulah kita yang tidak bisa hidup dalam kesendirian. Artinya secara muamalah, manusia adalah makhluk sosial yang hidup berdampingan dengan individu lainnya. Berlanjut sang mentor menjelaskan bahwa asing yang dimaksud adalah orang yang mengikuti syariat dan hukum dari Allah SWT.
Aku juga sempat ambigu mendengarnya. Lalu sang mentor melanjutkan bahwa kita atau kamulah yang asing. "Dari sekian banyaknya mahasiswa hanya kalian yang hadir mendengarkan ilmu yang beradab ini", demikian ucapnya. Katanya sih banyak yang tahu majelis ilmu ini penting tapi hanya bersifat naif. Aku baru sadar bahwa manusia asing yang dimaksudkan adalah seorang yang komitmen dan konsisten dengan syariat dan hukum Allah. Berbeda dengan orang dalam kerumunan lainnya yang menyepelekan hal tersebut .
Sang mentor kembali menjelaskan bahwa, Islam datang dalam suasana asing dan akan kembali dalam suasana asing. Memang benar manusia sekarang banyak yang mengakui beragama islam tapi tidak menjalankan syariat-syariat dan hukum islam yang ada. Identitas sebagai islam hanya bersifat administratif dan tidak didalami dengan ilmu pengetahuan dan iman yang kuat.
Tentunya, sangat menyindir yah untuk orang yang berada dalam lingkaran kerumunan itu. Sekarang tinggal individu kita, memilih menjadi manusia asing yang menjalankan syariat yang sebenarnya ataukah menjadi kebanyakan manusia yang tidak benar dalam penegakan syariat dan hukum Allah SWT. Kembali lagi pada diri kita menilai itu dan menginginkannya sepenuh hati.