Ngopi yok ke Minasatene? Bukan promosi tapi janji bertemu disana yah, sama-sama kita mencari Tuhan! Dibaca, yah!

Table of Content

Berterimakasihlah kepada Ramadan!

Opini tentang himah ramadan, cerita ramadan dan opini ramadan.
Berterimakasihlah kepada Ramadan!

TIDAK terbayang hidup di Indonesia. Sejak kecil kita disuguhkan berbagai keindahan pesona alam Indonesia. Keindahan alamnya seolah menjadi candu bagi para turis asing untuk kembali lagi.

Kebudayaan masyarakat Indonesia pun tak kalah menariknya bagi para turis asing. Mulai dari kebudayaan, adat, bahasa, sampai keramahtamahannya.

Tetapi, itu dulu. Sekarang, seakan dongeng yang turun menurun diperdengarkan kakek dan nenek kita menjelang tidur itu absurd. Indonesia yang kita kenal sekarang sudah jauh dari cerita-cerita di atas. Yang kita tahu, dengar, dan lihat, hanyalah berbagai peristiwa, kejadian yang menyedihkan.

Cerita tentang mirisnya kondisi negara ini, seperti di bidang ekonomi, di mana rupiah melemah dan harga-harga melambung yang menyebabkan inflasi. Belum lagi kasus korupsi yang menjerat kalangan pejabat dan wakil rakyat. Tak cukup gaji yang sebulannya nyaris setara dengan bayaran 30 tahun UMR buruh, para wakil rakyat bicara lantang tentang masa depan bangsa.

Dari sisi pemerintah, banyak kebijakan yang tidak prorakyat. Banyak kebijakan yang sekadar lips service, enak diucapkan, adem didengar, namun saat dijalankan menyesakkan dada. Entah itu bidang pendidikan, kesehatan, pelayanan publik, dan lain-lain.

Belum lagi masalah moral di masyarakat , mulai dari tawuran anak sekolah, tawuran antarmasyarakat, antar-ormas, dan lainnya. Perilaku sesat publik figur masyarakat, seperti percaya dukun, mitos, dan lain-lain juga mengikis akal sehat kita. Perilaku selingkuh, teman tapi mesra, seks bebas, juga mewarnai perjalanan bangsa.

Belum lagi kebiasaan menghujat, ghibah, menjatuhkan orang lain, yang seakan menjadi bumbu penyedap dalam pembicaraan sebagian masyarakat.

Ditambah lagi perkembangan teknologi yang membuat informasi mudah diketahui semua orang. Tak ada batas, tak mengenal batasan umur, ruang, waktu, level, dan lain-lain.

Alhamdulillah, Maha benar Allah dengan segala ciptaan dan kekuasaan-Nya. Inilah yang mendasari bahwa hanya Allah yang tahu bagaimana mengelola hati manusia. Dengan kasih sayang-Nya, Allah menghadirkan Ramadan bagi kita, bagi umat manusia, tanpa batas. Semua bisa merasakan kehangatan dan kemuliaan Ramadan.

Kita diajarkan kembali bagaimana menjadi manusia seutuhnya. Manusia yang paham akan hakikat penciptaan untuk memberikan manfaat untuk lingkungan dan alam. Tidak hanya berpikir egois akan keselamatan dirinya, tapi juga kelestarian lingkungan. Tak hanya puas hidup enak, aman, tidur nyenyak setiap hari di kasur empuk, tapi juga merasakan kepedihan, kesulitan, dan beratnya hidup saudara-saudara kita yang kekurangan.

Layaknya hikmah puasa, zakat, i’tikaf, infak, dan lain-lain, ibadah yang diajarkan pada kita tak kering diperas manfaatnya untuk bekal di hari penentuan (kiamat).

Namun, yang terpenting manfaat itu bisa langsung dirasakan oleh mereka. Jangan ditahan berbagi kepedulian kepada sesama, untuk kembali memanusiakan diri kita di hadapan manusia lainnya dan juga di hadapan Allah.

Diriwayatkan dari Jabir,”Rasulullah SAW bersabda, ”Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR Thabrani dan Daruquthni). Hadits ini dishahihkan oleh Al Albani dalam Ash Shahihah-nya.

Semoga Ramadan tahun ini merupakan yang terbaik bagi kita sepanjang hidup kita. Amin.



Posting Komentar